Artikel lingkungan hidup

Diposting pada: 2016-05-31, oleh : SMK NEGERI 7 BANDUNG, Kategori: Artikel Karya Guru dan Siswa

Dibuat oleh Annisa Mumtaz (Siswa kelas X Farmasi 2)  

sabtu, 6 April 2013

 

Hmm… jika kalian ditanya oleh seseorang tentang lingkungan hidup, apa yang akan kalian jawab? Pasti jawabannya beda-beda. Setiap orang punya jawaban sendiri. Tapi, jika seseorang ( atau diri saya sendiri? ) bertanya kepada saya, tentang lingkungan hidup, khususnya di Indonesia, inilah jawaban saya.

“Sampah, banjir saat hujan, polusi, sumpek, dan kacau.”

Hei, bukankah begitu kan keadaanya di Indonesia? Panas, itu pasti. Gimana tidak panas, kan hampir semua pohon di hutan Indonesia sudah ditebangi, dijadiin meubeul, kertas, perabot, dsb. Belum lagi banyaknya kendaraan yang tiap pagi bikin udara segar jadi pengap saja, dan membuat macet parah. Habisnya, kendaraan kan makin lama makin banyak. Jalan di Indonesia mana bisa menampung seluruh kendaraan itu dalam sekali waktu?

Atau, tiap hujan, banjir. Hmmm… saya pribadi sering mengalami hal itu. Saya tinggal di Cibiru dan bersekolah di jalan Soekarno Hatta alias by pass. Tahu kan, by pass? Yang ada 4 sekolah menengah kejuruan negeri di sekitar sana. Nah, saya bersekolah di salah satu SMK disana, yaitu SMK 7 Bandung.

Oke, mulai OOT ( out of topic ). Sampai mana tadi? Oh ya, soal banjir. Nah, jika saya sekolah, pulang-pergi saya melewati pasar gedebage. Kalau tiap pagi sih, tak ada masalah. Macet pun tidak. Tetapi… kalau pulang sekolah, dan… minimal 15 menit sebelumnya hujan deras. Bisa dipastikan daerah gedebage banjir. Walau hanya semata kaki atau sebetis orang dewasa, tapi banjir itu benar-benar membuat pusing sekaligus rugi.

Pusing? Ya iyalah. Orang jadi pusing bagaimana cara menghindari banjir di daerah itu. Pemerintah juga pusing tuh, mikirin cara mengurangi banjir di daerah itu. Orang yang tidak bawa kendaraan, bingung bagaimana cara melewati banjir, tanpa basah. Satu-satunya jalan ya, naik angkutan umum… yang sudah pasti kejebak macet saat banjir yang bisa mencapai antrian 500 meter…

Rugi? Wah, itu sih, saya banget. Pernah ada kejadian nih, kemarin. Saya naik angkot cicadas-cibiru menuju cibiru, kebetulan pulang sekolah dan hujan deras baru reda. Saya duduk di dalam, di bangku panjang tapi dekat pintu.

Ketika saya melewati setopan sebelum gedebage, banjir sudah terjadi. Dan, ada sebuah motor, berjalan dengan kecepatan agak tinggi dan menyemprotkan air dari samping motornya. Dan, ketika melewati angkot yang saya tempati, airnya jelas saja tersemprot ke arah saya dan seorang siswi SMK 7 juga yang kebetulan berada di sebelah saya.

Itu rugi pertama. Yang kedua, jika ada kendaraan yang nekat menyebrangi ‘danau’ alias genangan air, bukannya itu bisa menyebabkan kendaraan mogok? Nah, itu dia ruginya.

Rugi ketiga, sampah setelah banjir surut. Ya, waktu saya melewati pasar itu, genangan air di dalamnya belum surut, baru di jalan saja. Nah, di jalan itu buaannyyyaaaakkk… sekali sampah berserakan di jalan, hasil terbawa banjir. Sampahnya? Rata-rata sampah organik dari pasar seperti sayuran busuk, kulit buah, dll. Itulah ruginya.

Kalau ditanya penyebab banjir, pasti langsung pada tahu. Yap, penebangan hutan. Seperti yang kita tahu, hutan itu berfungsi menahan banjir. Tapi, gimana mau menahan banjir, hutannya saja habis digunduli. Lalu, ini sih masalah struktur jalan. Nah, kalau banjir seperti yang di gedebage itu sih, masalahnya adalah, struktur drainase di sekitar jalan itu buruk, jadi nggak bisa nampung banyak air, jadi deh meluap dan bikin banjir.

Lalu, ini sih, sepele tapi terkadang manusia sendiri nggak ingat masalah ini. sampah. Nah, sudah tahu sendiri kan, membuang sampah sembarangan, apalagi di sungai itu nggak baik? Sayang disayang, perkataan ini sering dianggap angin lalu oleh masyarakat. Sampah piceun dimana-mana, apalagi di sungai. Jadi deh, menghambat aliran sungai, dan bisa menyebabkan sungai meluap saat hujan deras. Dan apa akibatnya? Ya, banjir saudara-saudara…

Polusi? Ah, kalian juga punya jawaban sendiri kan? Polusi yang ditimbulkan dari macam-macam pembakaran. Mulai dari pembakaran BBM yang menghasilkan gas buang, salah satunya… farfum Damri, alias asap knalpot. Itu salah satu polusi, yang selain mencemari udara, meracuni tubuh pula.

Terus, asap pembakaran dari pabrik dan pembakaran sampah. Uh, apa nggak ada cara lain ya mengurangi sampah selain dengan dibakar? Sudah kuno, mencemari udara pula. Kalau asap pembakaran pabrik sih, lain soal.

Lalu… nah, ini nih! Buat para perokok! Kalian tahu kan, kalau kalian merokok pasti menimbulkan asap. Sadarkah kalian wahai perokok… asap yang ditimbulkan dari rokok tersebut, selain merusak tubuh, mengganggu orang lain, juga mencemari lingkungan! Iya sih, tidak akan mencemari kalau yang ngerokok hanya 1 orang di dunia. Lha, perokok di dunia ada berapa banyak sih? Pasti banyak.

Belum lagi, sampah punting rokok, yang saya tahu perlu waktu beberapa tahun untuk terurai. Saya pernah membaca, katanya setiap tahun, sampah punting rokok jiga dikumpulkan bisa membentuk 45 kolam renang olimpiade! Wow, berarti banyak sekali perokok di dunia ini yang telah mencemari udara di bumi kita ini!

Sebetulnya, tidak terlambat mengatasi hal-hal di atas tadi. sayangnya, masih banyak orang yang setengah hati menyelamatkan lingkungan dengan hal-hal kecil diatas tadi, seperti membuang sampah sembarangan.

Sumpek? Ya itulah yang kita rasakan sekarang. Kacau? Tambahkan saja hal-hal di atas ini. itulah kacau, karena bumi kita sudah rusak oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab di muka bumi ini.


Berita Lainnya